Jumat, 15 Februari 2008

“MANAJEMEN TERNAK UNGGAS”

I
PERKEMBANGAN TERNAK UNGGAS

1.1 Pendahuluan

Ÿ Unggas khususnya ayam berkembang diseluruh dunia sebagai penghasil pangan (food producing animal), salah satu keuntungannya ialah mudah dipelihara dan ekonomis untuk diusahakan, serta mempunyai efesiensi ransum tinggi.

Ÿ Pemeliharannya cepat, sekitar 5 minggu (broiler) dapat dijual untuk produksi daging , dan 6 bulan (layer) sudah dapat menghasilkan telur.

Ÿ Sebagai sumber protein

Ÿ Produk yang dihasilkan bervariasi

Kontribusi produksi daging tahun 1995-1999, antara lain :

- Unggas 55,49 % sumber daging andalan

- Sapi 23,80%

- Babi 10,83 %

- Kambing 6,34 %

- Kerbau 3,24 %

- Domba 2,63 %

- Kuda 0,10 %

Ayam ras sering mengalami fluktuasi karena input utama masih tergantung kepada bahan-bahan impor banyak peternak yang gulung tikar.

Ayam buras mempunyai potensi yang cukup besar rasa dan tekstur yang khas.

Ayam dan puyuh sering digunakan sebagai

1.2 Ayam Ras

Tahapan sejarah ayam ras:

1. Periode tahun 1950 – 1961 (tahap perintisan)

Perintisan pengembangan ayam ras melalui upaya import bibit anak ayam ras (DOC) untuk di kembangkan secara komersial.

2. Periode tahun 1961 – 1971 (tahap landasan)

3. Mulai menyusun dan menguju coba konsep pengembangan unggas melalui Bimas. Periode tahun 1971-1981 (tahap pertumbuhan) industri perunggasan telah maju pesat baik dari sektor hulu maupun hilir.

4. Periode tahun 1981 – 1987 (tahap konsolidasi)

§ Terjadi pertentangan kepentingan antar peternak ayam skala besar dengan peternak skala keluarga. Kemelut ini melahirkan kebijaksanaan pemerintah pada tahun 1981 dengan ketetapan kepres No. 50/1981.

§ Isi keppres No. 50 tahun 1981:

a) Pemilik ayam petelur dewasa oleh pengusaha dibatasi hanya sampai 5000 ekor.

b) Bagi pengusaha ayam pedaging hanya dibolehkan menghasilkan ayam pedaging sebanyak 750 ekor/minggu.

§ Bagi mereka yang memiliki ayam petelur /pedaging lebih dari ketentuan sejak ditetapkannya keputusan tersebut:

1. Diizinkan melanjutkan usahanya dan secara bertahap dikurangi jumlahnya sehingga dalam waktu 2,5 tahun sudah mencapai jumlah yang ditetapkan.

2. Mengalihkan usahanya menjadi usaha ternak bibit.

3. Menggantikan usahanya menjadi usaha produksi makanan ternak ayam.

§ Tujuan dari Keppres No. 50 tahun 1981 :

Untuk meningkatkan kesempatan kerja

Meningkatkan pendapatan para peternak kecil/usaha keluarga.

§ Kelemahan PIR (perusahaan inti rakyat)

- adanya mekanisme yang kurang harmonis antara inti dengan plasma.

- Banyak perusahaan yang beroprasi diluar daerah

- Kurang baiknya hubungan kerjasama antara perusahaan sarana produksi dengan inti.

- Harga sarana produksi sangat berfluktuasi dan tidak menguntungkan peternak

- Penyediaan kuri dari perusahaan pembibit tidak kontinue

Model perusahaan dalam pola KINAK yaitu:

a. KINAK PRA (peternakan rakyat agribisnis). Dilaksanakan dalam kawasan tertentu dengan sejumlah peternakan rakyat yang telah beroprasional tetapi tidak memiliki sarana produksi.

b. KINAK PIR (peternakan inti rakyat). Peternakan diusahakan dalam suatu kawasan tertentu.

c. KINAK SUPER (sentra usaha peternakan eksport). Budidaya dilakukan oleh peternakan rakyat atau bersama perusahaan.

5. Periode tahun 1988 – 2000 (tahap ketangguhan)

Peranan Organisasi Perunggasan

Terdapat 11 organisasi

a) Perunggasan : GAPUSSI, Pembibit: GPPU, Pengusaha pakan : GPMT, budidaya : PPUI. Penambahan organisasi pada pelita III dan IV yaitu HIPPI, APAPSI, ASBIMTI, KWPI, HIPPSI, HIPPER.

b) Assosiasi mengalami penyederhanaan dengan mengikuti pola agribisnis. Sarana produksi: GPPU, GPMT dan ASOHI. Segmen budidaya : PPUI, segmen pasca produksi PINSAR.

Perkembangan Populasi Ayam Ras

- Tahun 1971 terjadi lonjakan populasi dan lonjakan yang tertinggi yaitu antara tahun 1979 (7.007 ribu ekor) dengan tahun 1981 (24.568) mencapai 350 kali lebih.

- Ayam ras di kita sebagian besar masih di import terutama mengenai Grand Parent Stock (GPS).

- Jumlah pembibit di jawa barat tahun 1996/1997 sebanyak 67 buah.

1.3 Ayam Buras

- Ayam buras yaitu sebagai penghasil daging, sumber telur, di samping produk-produk lainnya misalnya penghasil pupuk.

- Penyebab rendahnya produktifitas yaitu:

1. Sistem pemeliharaan yang tradisional

2. Makanan yang kurang baik.

3. Pengawasan/pencegahan penyakit yang kurang.

4. Mutu genetik yang rendah.

- Upaya pemerintah dalam meningkatkan populasi ayam buras yaitu dengan memberikan bantuan vaksinasi terutama terhadap penyakit ND (tetelo) kegiatan ini disebut Intensifikasi Vaksinasi (INVAK).

Kelompok-kelompok ayam buras yang memiliki ciri khusus:

1. Ayam Kedu : terdapat didaerah kedu, badannya besar, kompak dengan punggumng yang lebar, kepala bulat dan mampu menghasilkan telur dalam jumlah banyak, warna bulu hitam putih dan lurik.

2. Ayam Nunukan : berasal dari china dengan warna bulu merah cerah atau merah kekuningan. Bulu sayap ekor tidak berkembang sempurna. Potensinya dapat dikembangkan sebagai ayam petelur dan pedaging.

3. Ayam Bekisar : berasal dari jawa timur, hasil silanhan jantan ayam hutan dengan betina ayam buras. Suaranya nyaring dan merdu, warna bulu tidak mempunyai warna yang khas, hanya mengkilap dibandingkan dengan ayam buras lainnya.

4. Ayam Pelung : berasal dari cianjur Jawa Barat. Sifat-sifatnya:

- Suaranya merdu

- Perdagingan tebal

- Dapat tumbuh kembang dengan baik pada daerah dengan ketinggian 500-1500 meter diatas permukaan laut.

5. Ayam Wareng ; penyebaran meliputi jawa tengah dan Jawa barat, warna bulu hitam, blorok putih lebih mengarah sebagai ayam petelur.

6. Ayam Nagrak : nama sebuah kecamatan di kabupaten Sukabumi. Hasil perkawinan antara ayam buras betina dengan jantan pelung.

7. Ayam Sentul : terdapat di kabupaten Ciamis Jawa Barat.

8. Ayam Gaok : ayam lokal madura asalnya dari pulau puteran, kabupaten Sumenep. Keistimewaannya kokok ayam jantan mempunyai suara panjang mirip ayam pelung dari Cianjur.

9. Ayam Banten : Ayam banten berasal dari daerah banten. Ayam banten jantan yang bagus dapat dipelihara sebagai ayam aduan, sedangkan yang ayam jelek sering dijual sebagai ayam potong.

10. Ayam Bali : Ayam bali banyak terdapat di bali. Ayam bali jantan sering dipelihara sebagai ayam sabung

11. Ayam Tolaki :Penyebaran ayam tolaki adalah di sulawesi tenggara. Pola warna bulu ayam tolaki jantan dewasa mirip dengan ayam hutan merah ( Gallus gallus), sedangkan bulu pelana dan leher berwarna merah keemasan. Perilaku ayam tolaki amat lincah dan liar.

12. Ayam Sumatera : Penampilan perwakannya tegap, tetapi ukuran tubuhnya kecil. Ayam sumatera jantan berkepala kecil, tetapi tengkoraknya lebar. Pipinya penuh (padat), keningnya

II

PENERAPAN ANATOMI DAN PHYSIOLOGI

ALAT REPRODUKSI BETINA

2.1 Pendahuluan

Ÿ Fecundity merupakan istilah yang menggambarkan daya reproduksi sutau organisme

Ÿ Hewan berderajat tinggi hanya mampu berreproduksi bila telah terjadi fertilisasi

Ÿ Ternak unggas akan terus bereprodukduksi tanpa adanya fertilisai telur konsumsi

Bila sebelumnya terjadi fertilisasi telur tetas

Dasar dalam pengelolaan ayam petelur memerlukan pengetahuan tentang hal-hal berikut ini :

- Anatomi dari alat reproduksi betina

- Perubahan-perubahan alat reproduksi pada saat menjelang bertelur

- Proses pembentukan telur

- Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan telur

2.2 Anatomi dan alat Reproduksi Betina

- Alat reproduksi ayam petelur terdiri dari oviduct dan ovary

- Pada ayam ada dua buah oviduct tetapi hanya sebelah kiri yang berkembang sedangkan yang kanan rudimenter.

- Kuning telur dalam perkembangannya berada dalam Folicle dan bergantung pada ovary

- Stigma adalah folicle yang tidak ada pembuluh darahnya (kuning telur yang telah matang dilepaskan yaitu dengan pecahnya stigma).

- Ayam yang sedang bertelur mengandung 3000-4000 ova yang mungkin bisa menjadi telur.

- Ada dua bagian alat reproduksi pada betina:

Ovum (yolk) diseliputi oleh selaput tipis yang disebut Vitellin, yolk ini di buat dalam hati dibawah pengaruh hormon estrogen.

- Berhentinya penimbunan yolk sekitar 5 jam sebelum diovulasikan

- Setiap hari yolk membesar 4 mm dan setelah mencapai 40 mm (dalam 10 hari) akan ke pinggir dan selanjutnya akan terjaid ovulasi.

Oviduct

- Memiliki dinding yang sangat elastis lebarnya antara 0,6-10 cm

- Panjang pada ayam yang sedang bertelur sekitar 65-70cm apabila sedang istirahat bertelur sekitar 11-18 cm.

- Panjang dari bagian-bagian oviduct dalam keadaan aktif:

a) Infundibulum sekitar 9 cm

b) Magnum 33 cm

c) Isthmus 10 cm

d) Uterus 10-12 cm

e) Vagina 12 cm

2.3 Perubahan alat reproduksi pada saat menjelang bertelur

- Pullet dewasa kelamin (umur 6 bulan), ovary dan oviduct mengalami perubahan

- 11 hari sebelum bertelur pertama aktifitas hormon mulai berfungsi

- FSH diproduksi oleh pituitary anterior folicle membesar hormon estrogen dan progresteron.

- Hormon estrogen dalam darah­ mulai dibentuk cadangan kalsium pada tulang pipa di sebut “medullary bone”

- Sekresi estrogen ­ 7 s.d 10 ova mulai tumbuh secra cepat

- 10 hari : ovum maximum, tulang pubis lebar dan anus besar peneluran

- testosteron jengger dan pial merah serta lemas juga membesar

2.4 Pembentukan Telur

1. Infundibulum

- Strukturnya berbentuk corong, lubangnya disebut OSTIUM

- Yolk matang di tangkap oleh infundibulum

- Tinggal selama 18-20 menit

- Kadang-kadang masuk ke rongga abdomen

2. Magnum

- Merupakan bagian terpanjang + 33 cm

- Mensekresikan sebagian besar putih telur (albumen), khalazae, thick albumen, inner thin albumen, outher thin albumen.

3. Isthmus

- Mensekresikan selaput kerabang telur: anner dan outher shell membrane yang menyatu dengan baik kecuali pada ujung tumpul telur.

4. Uterus (shell glan)

- Tempat pembentukan kerabang telur CaCO3

- proses berlangsung malam hari + 20 jam

5. Vagina

- Saluran pendek yang menghubungkan oviduct dengan cloaca

2.5 Terbentuknya telur yang abnormal

1. Doble Yolk Egg : terbentuknya kuning telur yang ganda

2. Blood Spot : pada saat ovulasi pembuluh darah pada folicle ada yang pecah dan menimbulkan sedikit pendarahan, maka darah ini menempel pada yolk yang biasanya hanya berupa bintik darah. Apabila pendarahan terjadi pada oviduct maka darah akan menempel pada albumen dan jika darah yang menempel itu cukup besar maka disebut Meat spot.

3. Bloody Egg : Hal ini disebabkan oleh pendarahan yang hebat sekali, ada juga yang diturunkan secara genetik.

4. Kulit telur yang lembek. Hal ini disebabkan:

- Ransum yang kekurangan kalsium

- Ransum kekurangan vitamin D

- Kelainan dari kelenjar kulit telur yang mensekresikannya

- Karena ada rangsangan dari luar yang menyebabkan sebelum telur menjadi keras.

5. Telur dalam telur

Telur terbentuk sempurna, terjadi kontraksi dan telur dari uterus terdorong kembali ke bagian atas.

6. Small Yolkless egg (telur yang tidak ada kuning telurnya)

Hal ini terjaid karena benda asing yang masuk ke dalam oviduct, kemudian terjadi proses pembentukan telur.

2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi besar telur

1. Breeding : besar telur di pengaruhi oleh keturunan

2. Umur dari ayam

3. Jumlah telur pertahun

4. Umur mencapai dewasa kelamin

5. Temperatur

6. Type kandang

7. Ransum dan air minum

8. Penyakit

III

PENETASAN TELUR

3.1 Pendahuluan

Pada bab penetasan telur ini merupakan upaya untuk memberikan gambaran tentang :

- Faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas/daya tetas

- Cara melakukan seleksi telur tetas

- Penanganan telur sebelum di tetaskan

- Operational penetasan dan cara penanganan anak ayam sesudah menetas

3.2 Telur Tetas

- Ayam yang dipelihara untuk tujuan penghasil telur konsumsi yang mana pada umumnya tidak memakai pejantan dalam kandangnya karena telur tidak dibahi

- Ayam petelur untuk tujuan penghasil tatas di dalam kandangnya perlu pejantan

3.3 Fertilitas dan Daya Tetas

a) Fertilitas

Faktor-faktor yang mepengaruhi fertilitas:

- Motilitas sperma

- Ransum

- Hormon

- Lama penyinaran

- Umur

- Produksi telur

- Preferential mating

- Musim

- Peck order

- Perbandingan jumlah jantan dan betina

- Lamanya jantan berada dalam kandang

b) Daya Tetas (banyaknya telur yang menetas)

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas adalah:

- Breeding

- Produksi telur

- Umur

- Tatalaksana pemeliharaan

1. Kondisi kandang

2. Ransum

3.4 Seleksi Telur Tetas

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

- Besar telur

- Bentuk telur

- Warna kulit telur

- Kualitas kulit telur

- Interior quality

3.5 Penanganan Telur Tetas Sebelum Telur Ditetaskan

Telur jangan disimpan lebih dari satu atau dua minggu. Untuk mempertahankan daya tetas diantaranya:

- Temperatur penyimpanan 18,30C makin lama di simpan makin turun daya tetasnya

- Kelembaban penyimpanan 75 – 80 %

- Lama penyimpanan makin lama di simpan makin turun daya tetasnya

- Posisi telur selama penyimpanan : sebaiknya ditempatkan pada egg tray dengan bagian tumpul ditempatkan dibagian sebelah atas.

- Pemutaran telur selam penyimpanan : bila telur disimpan lebih dari satu minggu sebaiknya telur di putar dengan total pemutaran 900.

Jika terjadi kondensasi pada telur maka untuk membebaskannya dapat dilakukan dengan cara:

a. Mengurangi kelembaban penyimpanan sesaat sebelum telur dikeluarkan

b. Meningkatkan ruangan penyimpanan agar menguap dengan cepat

Sebelum masuk ke dalam mesin tetas telur tetas juga harus mengalami pemanasan terlebih dahulu pada temperatur 23,90C untuk selama 6 – 8 jam.

3.6 Sanitasi Kulit telur

Sanitasi dapat dilakukan dengan membunuh oleh:

a. Formaldehyde gas

b. Quaternary ammonia

c. Chlorine dioxide

d. Pencucian

3.7 Pengelolaan Penetasan

Ada dua cara penetasan telur yaitu penetasan secara alami dan penetasan secara buatan.

1. Penetasan secara Alam

Penetasan ini dianggap cukup bermanfaat terutama bagi pemilik ternak yang jumlahnya relatif sedikit

2. Penetasan buatan

Ada beberapa type mesin tetas yang dikenal:

a. Berdasarkan aliran udara di dalamnya

- Forced draft incubator yaitu mesin tetas yang pengaturan ventilasi udara didalamnya di gerakkan oleh kipas.

- Still air machine yaitu mesin tetas yang pengaturan ventilasi udar didalamnya sangat tergantung kepada keadaan lingkungan (alam).

b. Berdasarkan model penetasannya

- Setter dan hatcher di satukan

- Setter dan hatcher di pisahkan

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penetasan berhasil:

1. Fumigasi mesin tetas

2. Temperatur inkubasi

3. Kelembaban inkubasi

4. Ventilasi

5. Posisi telur selama inkubasi dan pembalikkan

6. Membedakan telur fertil dengan candling

7. Pulling

8. Sexing. Metoda untuk membedakan antara anak ayam jantan dan betina dapat dilakukan dengan:

- Japanese methode (vent examination) yaitu dengan melihat kloaka pada umur satu hari

- Warna bulu (down colour)

- Chick sexing machine yaitu dengan melihat bayangan dari ovarium dan testesnya dengan mempergunakan alat khusus yang dirancang untuk tujuan tersebut.

3.8 Persyaratan Bangunan Penetasan dan Pengiriman Anak Ayam

· Bangunan

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Letak bangunan penetasan ® 50 meter dari kandang-kandang lainnya.

2. Penataan dalam bangunan penetasan harus ada:

- Ruang penyimpanan telur, R. pencucian alat, R. penetasan, R. sexing, R. seleksi anak ayam, R. pengepakan anak ayam, satu sama lain harus terpisah oleh dinding yang rapat.

- Arus pembawaan telur tetas, anak ayam, alat-alat dan sisa-sisa penetasan harus satu arah tidak boleh bolak-balik.

· Anak ayam

Perusahaan tetas hanya boleh mengedarkan anak ayam umur sehari yang baru dikeluarkan dari mesin tetas dan belum diberi makan dan minum. Anak ayam tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Sehat

2. Tidak cacat, bentuk dan warna seragam

3. Berasal dari bibit yang sehat

4. Syarat-syarat kesehatan lainnya

IV

PEMELIHARAAN AYAM TIPE PETELUR

4.1 Pendahuluan

Ø Pemeliharaan anak ayam ® pemeliharaan pada saat setelah menetas sampai bulunya tumbuh sempurna (brooding) sampai mencapai umur sekitar 2 bulan (fase starter).

Ø Pemeliharaan tidak memenuhi syarat ® pertumbuhan anak ayam tidak akan mencapai optimal dan sering disertai dengan angka kematian yang tinggi.

Persyaratan dalam pemeliharaan anak ayam agar pertumbuhannya optimal:

1. Temperatur pemanas (brooder) harus cukup saat pertumbuhan bulu ayam yang belum sempurna.

2. Ransum yang baik kualitas dan kuantitasnya.

3. Litter yang kering (RH = 25 %) bebas penyakitdan ketebalan yang cukup

4. Air minum yang bersih

5. Ventilasi kandang yang memudahkan udara kotor dalam kandang mudah berganti dengan udara luar yang bersih.

6. Kepadatan yang cocok

7. Kontrol terhadap penyakit yang terprogram.

4.2 Persiapan untuk Pemeliharaan Anak Ayam

Persiapan sebelum ayam tiba yaitu :

1) Litter bekas dipindahkan jauh dari kandang, sebab mungkin mengandung bibit penyakit yang menular kepada anak ayam.

2) Kandang dibersihkan dari kotoran dan dihapus hamakan. Lebih baik lagi diikuti dengan pengapuran. Bila aka diisi kembali sebaiknyan dikosongkan selama 1-2 minggu.

3) Semua alat-alat yang akan dipakai dibersihkan, dan didesinfeksi.

4) Alat pemanas (brooder) perlu dipersiapkan sebelum anak ayam tiba dari perusahaan penetasan (minimal sekitar 1 jam sebelumnya).

5) Air minum harus disediakan dalam jumlah yang cukup. Temperatur air minum harus lebih besar dari 18 0C. lebih baik lagi jika diberi larutan air gula 8 % dan ini bisa membantu anak ayam dalam merendahkan mortalitasnya selama 15 jam pertama dalam kandang.

6) Sediakan ransum untuk anak ayam setelah 3 jam diberi air minum.

4.3 Memilih Anak Ayam

- Pilih anak ayam yang sehat ditunjukkan dengan mata yang bersih dan bercahaya.mata yang redup dan seperti ngantuk berarti tidak sehat.

- Bebas dari cacat tubuh

- Bulu bersih dan penuh, serta anusnya kering

- Menetas tepat waktu (hari ke-21)

- Bila dijatuhkan ke lantai dapat berdiri cepat, sebab anak ayam yang lemah agak sulit untuk mengangkat badannya.

4.4 Pemeliharaan Anak Ayam (untuk petelur)

Menurut Scott (1984), berdasarkan tingkat umur dapat dibagi menjadi pemeliharaan periode starter dan pemeliharaan periode grower.

Pemeliharaan periode starter : pemeliharaan anak ayam dimulai dari umur 1 hari sampai umur 6-8 minggu. Pada periode starter ini yang perlu kita perhatikan adalah :

a. Kandang terisolasi

Anak-anak ayam yang dipelihara tempat hrus terpisah dari ayam-ayam yang dewasa. Menurut North (1990), sebaiknya sekitar 91 m jaraknya dari kandang ayam lain, lebih jauh lebih baik. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penularan bibit penyakit tertentu dari ayam dewasa kepada anak-anak ayam yang masih sangat peka (sensitif) terhadap macam-macam penyakit menular.

b. Alat pemanas sebagai induk buatan

Ada beberapa macam bentuk dari alat pemanas, tergantung dari bahan bakar yang dipergunakan. Ada induk buatan yang mempergunakan bahan bakar dari minyak tanah, gas, tenaga listrik dan kayu bakar. Temperatur uadara sekeliling induk buatan yang sangat baik (optimum) untuk pertumbuhan anak-anak ayam adalah 95 0F (35 0C) dari mulai umur satu hari sampai dengan satu minggu. Penggunaan alat pemanas induk buatan yang modern yang sudah dilengkapi dengan alat pengatur temperatur, untuk mencapai temperatur udara sekeliling induk buatan yang optimum biasanya tidak sulit.

Menurut pengalaman untuk memanasi anak ayam pada minggu pertama sebanyak 20-25 ekor, diperlukan sebuah lampu pijar yang berkekuatan 40-60 watt. Lampu tadi dipasang ditengah-tengah kandang dan tingginya sedikit diatas punggung anak ayam. Alat pemanas induk buatan diperlukan sampai anak-anak ayam berumur 1-2 minggu tergantung dari cepat nya pertumbuhan bulu dan keadaan cuaca.

c. Kelembaban

Untuk 6 minggu pertama pemeliharaan, RH dikehendaki sekitar 50 % untuk mempertahankan pertumbuhan bulu yang baik. Kalau kelembaban tidak bisa tercapai, bisa dengan menyemprotkan air pada lantai lorong 2-3 kali sehari.

d. Floor Space Induk Buatan Selama Brooding

Pemeliharaan anak ayam yang dijadikan bibit akan lebih baik bila tiap unit dalam jumlah yang kecil, lebih dari satu pen hanya dipelihara sekitar 400-500 ekor. Bila dalam kandang atau tempat pemeliharaaan terlalu padat biasanya kematian akan bertambah dan pertumbuhan juga terhambat. Kematian sekitar 1% dalam minggu pertama masih dianggap wajar dan kematian 5% sampai ayam mulai bertelur maswih dianggap berhasil.

e. Litter

Litter jangan terlalu kering sebab bila terlalu kering ada kecenderungan menambah dehidrasi pada anak ayam. Kelembaban litter yang baik sekitar 25 %. Jika litter terlalu basah perlu tambahan ventilasi sehingga akan menambah jumlah udara yang mengalir kedalam kandang.

f. Pengelolaan Selama Brooding

Benerapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah hal-hal yang kurang baik bagi anak ayam yaitu :

§ Pergunakan lingkaran pembatas ( brooder guards = chick guards ) tingginya 45 cm untuk menjaga agar anak ayam terkonsentrasi pada tempat pakan dan minum. Menurut North (1990) mulai diperluas areal brooder guards setelah hari ke 3 dan brooder guards digunakan untuk 6-9 hari setelah itu dipindahkan.

§ Untuk mencegah kemungkinan anak ayam memakan bahan dasar litter disekitar daerah yang dibatasi oleh brooder guards perlu ditutup dengan kertas.

§ Ransum dan air minum sangat penting untuk kehidupan anak ayam. Anak ayam yang baru menetas mengandung air 85 % dan pada saat dewasa mencapai 55 %. Fungsi air adalah untuk mengatur temperatur tubuh dan pelarut zat-zat makanan.

4.5 Pemotongan Paruh

Tujuan pemotongan paruh:

- Mencegah kanibalisme

- Mencegah pematukan bulu

- Mencegah pematukan kloaka

- Mengurangi ransum yang terbuang

Alat pemotong paruh digunakan yaitu electric debeaker.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemotongan paruh ini yaitu :

· Pemotongan paruh dilakukan pada anak ayam umur 6 – 9 hari, dan paruh yang dipotong 1/3 dari panjang paruh bagian atas.

· Pisau pemotong harus pijar, yaitu temperatur pisau sekitar 815 0C (1500 0F).

· Harus teliti memotong paruh anak ayam lebih dari 500 – 600 ekor/jam.

4.6 Pencegahan Penyakit Ayam yang Menular

Periode starter sangat penting dilakukan dengan baik dan teratur, karena akan menentukan berhasil atau tidaknya pemeliharaan ayam pada periode tersebut. Beberapa penyakit yang sering menyerang dan mudah menimbulkan wabah, diantaranya penyakit coccidiosis, pullorum, ND = cekak, omphalitis, CRD (penyakit pernafasan) dan snot.

Tanda-tanda penyakit, pencegahan dan pengobatan penyakit dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Coccidiosis

Sering disebut penyakit berak darah menimbulkan kematian. Disebabkan oleh protozoa genus Eimeria.

Tanda-tanda dari penyakit ini :

· Anak ayam terlihat lesu

· Sayap agak tergantung ke bawah

· Bulu agak berdiri dan tidak mengkilat

· Mencret bercampur darah

· Pucat

· Angka kematian yang tinggi pada ank ayam umur 6 – 10 hari.

Pencegahan : sanitasi yang sempurna

Pengobatan : berikan coccidiostat umur satu hari sampai umur 3 bulan. Obat yang bisa digunakan : Sulfamezathin, trisulfa, sulfaquinoxaline, bifuran.

b) Pullorum

Disebabkan oleh bacteri Salmonella pullorum. Penyakit ini sering disebut dengan berak kapur.

Tanda-tanda penyakit :

· Anak ayam mati umur satu hari sampai 3 minggu.

· Anak ayam menunduk di bawah alat pemanas

· Mata agak tertutup dan sayap terkulai

· Mencret berwarna putih berbusa melekat sekitar anus (sering disebut dengan berak kapur).

Pencegahan : jangan membeli anak ayam yang dihasilkan oleh induk yang terkena penyakit ini.

Pengobatan : berikan Sulfaquinoxaline, nitrofurazolidone, dan sebagainya.

c) Newcastle Disease (ND).

Disebabkan oleh virus paramyxo.Penyakit ini sering disebut tetelo, cekak dan toun.

Tanda-tanda penyakit :

· Kehilangan nafsu makan

· Sesak nafas

· Ngorok

· Bersin

· Produksi telur turun

· Bila penyakit sudah akut ditandai de4ngan tortikolis (leher berputar).

· Angka kematian bisa mencapai 60- 80%.

Pencegahan : penyakit ND tidak bisa diobati, hanya bisa dicegah melalui vaksinasi.

d) Omphalitis

Penyakit ini akibat infeksi bakteri ikutan seperti coliform, staphylococcus, pseudomonas, dan lain-lain.

Tanda-tanda penyakit :

· Mengantuk

· Kepala merunduk

· Berlindung di dekat sumber panas

· Pusar meradang

· Kematian terjadi sejak menetas sampai umur 15 hari.

· Angka kematian bisa mencapai 15 %.

Pencegahan : suhu, kelembaban dan sanitasi dalam mesin tetas perlu diperhatikan.

e) Chronic Respiratory Disease (CRD)

Penyakit pernafasan menahun yang disebabkan oleh Mikoplasma galiseptikum atau Mikoplasma Synoviae.

Tanda-tanda penyakit :

· Getah radang cair keluar hidung

· Cairan busa dari mata

· Nafas ngorok

· Bersin

Pencegahan : isolasi ternak dan usahakan bibit diperoleh dari kelompok yang bebas penyakit.

Pengobatan : berikan basitrasin erthomisin, tilosin, spektinomisin dan linkomisin.

f) Infectious Coryza (snot)

Penyakit ini disebut pilek ayam atau snot. Penyebabnya bakteri Hemophilus gallinarum.

Tanda-tanda penyakit :

· Pembengkakan dan busung pada daerah muka

· Keluar lendir yang lengket dan kental dari rongga hidung yang berbau busuk.

· Ayam bersin-bersin

· Nafsu makan dan minum turun

· Pernafasan cepat dan ngorok

· Diare

· Angka kematian bisa mencapai 50 %

Pencegahan : tatalaksana kandang dan sanitasi lingkungan.

Pengobatan : sulfatiasol atau sulfadimetoksin.

V

PEMELIHARAAN AYAM PETELUR KOMERSIL

5.1 Pendahuluan

Masa pertumbuhan poada ayam petelurdi bagi menjadi 2 fase yaitu:

- fase starter antara umur 0 – 6 minggu dan

- fase grower antara umur 14 – 20 minggu disebut fase developer (pengembangan).

Pemeliharaan fase grower, fase produksi dan program peremajaan dengan melalui force molting. Fase developer merupakan fase pertumbuhan yang sudah menurun, sedangkan konsumsi ransum terus bertambah. Sehingga jika ransum yang diberikan adlibitum maka akan terjadi kegemukan dan pada saat akan berproduksi telur pertama yang dihasilkan kecil-kecil sehingga penggunaan energi tidak efisien.

5.2 Pengelolaan Fase Grower

Fase grower pada ayam petelur, terbagi ke dalam dua kelompok umur yaitu 6 – 14 minggu dan umur 14 – 20 minggu sering disebut dengan fase developer. Ada beberapa cara pemeliharaan untuk mengurangi terjadinya stress akibat pemindahan kandang, yaitu :

1. Brooding House as Growing House

Kandang yang digunakan untuk pemeliharaan ayam (DOC), dilanjutkan pemeliharaan sampai mencapai umur 6 – 14 minggu. Kandang yang digunakan kandang sistem litter. Dipindahakan dari kandang grower sekitar 14 minggu.

2. Grow - Lay – House

Kandang yang digunakan pada fase pertumbuhan, juga digunakan sampai akhir bertelur yaitu sejak umur 6 minggu.

3. Brood – Grow – Lay – House

Ayam dipelihara dalam kandang yang sama, sejak ayamdipelihara umur satu hari sampai akhir bertelur.

Kepadatan kandang dapat mempengaruhi pertumbuhan yang baik. Bila kandang terlalu padat, umumnya menyebabkan pertumbuhan yang lambat, kanibalisme, efisiensi penggunaan ransum rendah. Luas tempat pakan, tempat air minum, luas lantai perelor dipengaruhi oleh tipe lantai kandang, besar badan ayam, temperatur lingkungan, ventilasi kandang dan perlengkapan kandang.

Ransum untuk Grower

Umumnya ransum grower digunakan protein ransum 15 % dan energi 2900 kkal/kg. Bahan-bahan pakan untuk menyusun ransum ayam fase grower sama seperti fase produksi untuk anak ayam. Perbedaannya pada penyusunan ransumnya karena kebutuhannya tidak sama. Menyusun ransum yang perlu dipertimbangkan yaitu bahan pakan yang digunakan harus berkualitas baik.

Restricted Feeding (Pembatasan Pemberian Ransum)

Ayam tipe medium mempunyai sifat sebagai petelur juga sebagai pedaging yang baik. Penimbunan lemak ini umumnya lebih banyak terjadi pada masa developer yaitu pada saat pertumbuhan sudah menurun dan pertama-tama akan ditimbun di alat-alat reproduksi. Pengaruh yang kurang menguntungkan karena :

§ Total produksi telur per tahun menurun, pada saat fase produksi

§ Angka kematian lebih tinggi

§ Penggunaan energi tidak efisien pada saat memasuki tahap produksi

§ Cepat mencapai dewasa kelamin (masak dini).

Untuk mengatasi kegemukan dilakukan pembatasan jumlah ransum yang diberikan pada saat menjelang bertelur, dengan tehnik pelaksanaan :

§ Mengurangi kadar protein/ asam amino

§ Mengurangi jumlah energi yang diberikan

§ Membatasi waktu pemberian ransum

§ Membatasi jumlah air yang diberikan

Pemotongan Paruh

Pemotongan paruh pada pada ayam tipe leghorn dan jenis ayam petelur , umumnya dipotong pada umur 10 – 14 minggu. Paruh bagian atas dipotong lebih pendek dari y7ang bawah atau dipotong 1/3 – 2/3 bagian atau 0,45 – 0,63 di depan nostril (depan lubang hidung).

Hal-hal yang perlu diperhatikan bila kita akan melakukan pemotongan paruh :

§ Tidak melaksanakan pemotongan paruh selama periode vaksinasi, karena akan menambah stress dan ayam akan mudah terserang penyakit.

§ Memberi ransum segera setelah paruh dipotong

§ Menambah jumlah makanan/minuman setelah paruh dipotong

§ Memotong paruh sebaiknya pada saat suhu dingin (sore hari)

§ Tidak memotong paruh pada saat menjelang bertelur, karena akan menyebabkan lambatnya bertelur.

Agar tidak terjadi stress yang terlalu berat, hal-hal yang perlu diperhatikan :

§ Pemindahan sebaiknya dilakukan pada malam hari.

§ Bila terpaksa bila dilakukan pada siang hari tetapi tidak waktu hari panas.

§ Setelah pemindahan bisa diberikan antibiotik (3 – 5) untuk mencegah blue comb.

§ Vaksinasi harus sudah lengkap.

Pencegahan Penyakit

Ayam mati segera dibuang pada tempat pembuangan khusus dan yang sakit segera diobati atau dikarantina. Burung-burung liar dicegah agar tidak bisa masuk ke lingkungan kandang karena dikhawatirkan akan membawa penyakit. Untuk mencegah timbulnya penyakit unggas menular dengan melalui vaksinasi. Bila perlu diberikan vitamin dan obat-obatan.

5.3 Pengelolaan Fase Produksi

Kandang merupakan tempat lingkungan hidup ayam, adapun tujuan dari peternak menempatkan ayam dalam kandang yaitu agar :

a. ayam terlindung dari gangguan luar (gangguan cuaca, binatang buas).

b. pengelolaan lebih mudah

c. diharapkan produksi lebih efisien.

Kandang untuk ayam petelur diantaranya harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1) Bangunan kandang

a. lokasi

b. lebar kandang sebaiknya sekitar ± 8m

c. arah bangunan sebaiknya membujur dari timur ke barat.

2) Ventilasi

Ventilasi yang baik pada kedua belah sisi kandang terbuka (open side wall houses). Bila kandang kurang baik maka amoniak yang timbul akan menjadi racun bagi ayam (> 25 ppm) timbul penyakit pernapasan, produksi turun dan bagi ayam yang dipelihara dalam kandang sistem litter biasanya disertai penyakit cacing.

3) Temperatur dan Kelembaban

Temperatur kandang yang baik untuk pemeliharaan ayam petelur sekitar 21 0C kelembaban sekitar 50 – 60 %.

4) Kepadatan

Kepadatan kandang yaitu banyaknya ayam per satuan luas. Kepadatan kandang dipengaruhi oleh bangsa, besar badan ayam dan keadaan temperatur lingkungan. Tipe ringan sekitar 6 – 7 ekor/m2 dan untuk ayam tipe dwiguna 4–5 ekor/m2.

5) Pemberian cahaya

Sangat bermanfaat untuk meningkatkan produksi telur, mempercepat dewasa kelamin, mengurangi sifat mengeram dan memperlambat molting.

Mempersiapkan Kandang dan Perlengkapannya

Kandang sistem litter dan kandang sistem cage digunakan untuk ayam petelur. Satu sarang digunakan untuk 3-5 ekor ayam petelur (ukuran sarang biasanya 30 x 45 x 50 cm). Sebagai perlengkapan kandangnya digunakan tempat pakan dan minum, umunya untuk ayam yang dipelihara dalam sistem litter digunakan hanging feeder/hanging waterer untuk menghemat tenaga kerja biasanya dilakukan di perusahaan besar. Untuk tempat pakan/minum umumnya digunakan yang berbentuk trough (memanjang).

Ransum Ayam Petelur Fase Produksi

Bentuk-bentuk fisik ransum untuk ayam petelur :

§ Mash and Limited grains (campuran bentuk tepung dan butiran).

Bentuk ransum ini dibuat dengan mencampur sendiri secara manual. Contohnya jagung giling, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung ikan yang kemudian dicampur dengan dedak halus secara manual dan hasilnya ransum yang terdiri dari bagian-bagian halus dan butiran.

§ All Mash (bentuk tepung)

Tidak tahan lama disimpan (mudah tengik) dan sering menyebabkan kanibalisme yang tinggi.

§ Pellet (bentuk butiran dengan ukuran yang sama)

Jika diberikan ransum ini biasanya ayam memiliki nafsu makan yang tinggi karena unggas lebih menyenangi ransum yang berbentuk butiran. Lebih tahan lama jika disimpan.

§ Crumble (bentuk butiran tetapi ukurannya tidak sama)

Bentuk crumble biasanya merupakan hasil ikutan dari ransum pembuatan pellet.

Ransum yang disusun harus mengandung zat-zat makana yang diperlukan dan dalam keadaan imbangan yang baik agar diperoleh performans yang optimal.

Pemeliharaan dalam Sistem Litter

Jika ayam telah mencapai dewasa kelamin dan produksinya telah mencapai 5 % disebut telah mulai berproduksi.ayam petelur dipelihara dalam sistem litter dan bertelur dalam sarang. Alas sarang perlu dilapisi dengan litter untuk menjaga agar kulit telur tidak retak atau pecahpada saat ayam sudah bertelur.

Tempat ransum berbentuk hanging feeder ditempatkan setinggi punggung ayam, sedangkan tempat minum ditempatkan setinggi leher dari ayam. Jika timbul sifat kanibalisme atau kebiasaan jelek meatuk-matuk telur, paling efektif untuk mengatasinya dengan cara memotong paruh pada bagian atas sekitar 1/3 panjang paruh. Alat nya disebut dengan electric debeaker atau bisa dgunakan pisau biasa yang dipijarkan terlebih dahulu pada temperatur 815 0C.

Pemeliharaan Ayam Petelur dalam Cage

Cara penyusunan cage dalam bangunan kandang utama, bayak metode yang digunakan agar cage dapat ditempatkan lebih banyak. Cara pengaturan kandangnya dapat dilakukan dengan cara :

1) Single deck : cage dalam kandang hanya satu tingkat

2) Double deck : pengaturan semacan ini disebut stair-steps-system.

3) Triple deck : untuk mencegah kotoran jatuh ke bawah salah satu areal tertentu diberi alas kandang/ alat pencegah kotoran sehingga kotoran tidak jatuh ke bawah.

4) Flat deck : single deck yang disusun rapat satu sama lain tanpa ada jalan untuk memberi makan, minum dan pengambilan telur, pekerjaannya dilakukan secara otomatis.

Sistem cage ini terdapat keuntungan dan kerugiannya yaitu :

Keuntungan :

a) Lebih sedikit tenaga untuk membuang kororan

b) Areal pemeliharaan lebih bersih

c) Kotoran langsung jatuh ke parit

Kerugian :

a) Jika kandang tidak tertutup rapat, binatang pengerat (tikus) akan menjadi ancaman karena kotoran di parit akan dijadikan sarangnya.

b) Biaya pembuatan kandang lebih besar

c) Bila ada air yang juatuh ke parit, bisa menyebabkan bacteri aerobic menjadi aktif dan timbil bau tidak enak.

Pencegahan Penyakit

Obat-obat yang bisa digunakan untuk beberapa penyakit

Nama obat Untuk penyakit Cara pemberian melalui


1. Coxy Cholera, Coccidiosis Air minum

2. Doxyvet CRD Air minum

3. Erysuprim Coryza, CRD Air minum

4.Sulfamix Chlorela, Coccidiosis, CRD Air minum

5. Tetra Chlor Coryza, CRD Air minum

6. Medoxy Cholera, Coryza,CRD,Pullorum Air minum

7. Colyquin Colibacillus, Cholera, CRD Air minum

Culling

Agar dapat mempertahankan produksi yang efisien perlu mengeluarkan (cull) ayam-ayam petelur yang sudah tidak produktif lagi dari suatu kelompok petelur, umunya yang dikeluarkan yaitu ayam petelur yang sudah tua.

Pengeluaran ayam yang sudah tidak produktif lagi meliputi tanda-tanda, diantaranya yaitu :

1) Jenggernya relatif kecil, agak berkerut dan bersisik umumnya berwarna pucat.

2) Matanya relatif kurang bersinar.

3) Anusnya mengecil, berbentuk bundar, kering dan keriput.

4) Jarak antara kedua ujung tulang pubis biasanya lebih kecil dari 2 jari tangan.

5) Bila diraba perutnya terasa keras.

6) Jarak antara ujung tulang dada dan ujung tulang pubis, biasanya lebih kecil dari 3 jari tangan.

Untuk ayam-ayam petelur yang berproduksi dengan baik dapat dilihat tanda-tandanya yaitu :

1) Jenggernya relatif membesar, terasa lunak bila dipegang dan umumnya berwarna merah.

2) Matanya lebih bersinar.

3) Anusnya membesar, berbentuk oval dan agak basah.

4) Jarak antara kedua ujung tulang pubis biasanya selebar 2-3 jari tangan atau lebih.

5) Bila diraba perutnya tersa lunak.

6) Jarak antara ujung tulang dada dan ujung tulang pubis biasanya selebar 3 jari tangan, atau lebih.

Menghitung Produksi Telur

Untuk menghitung produksi telur, dikenal dengan istilah hen housed dan hen day production.

  • Hen housed production yaitu produksi telur yang didasarkan kepada jumlah ayam yang mula-mula dimasukkan ke dalam kandang.
  • Hen day production yaitu produksi telur yang didasarkan kepada jumlah ayam petelur yang ada setiap saat.

5.4 Force Molting

Pada ayam petelur yang produksinya menurun sesuai dengan bertambahnya umur dan pada umur sekirar 18 bulan (72 minggu) secara alam akan mengalami proses ganti bulu yang sering disebut dengan molting lamanya sekiatar 3-4 bulan. Proses molting, produksinya rendah sekali bahkan sampai berhenti sama sekali dan akan berproduksi lagi jika proses molting sudah selesai. Fase produksi sesudah molting ini disebut fase produksi tahun kedua.

Force molting artinya ayam dipaksa molting dalam waktu yang lebih cepat (± 2 bulan) dan cepat kembali berproduksi dengan persentase yang tinggi. Dengan memanfaatkan ayam afkir sebagai pengganti pullet (peremajaan) dengan memanfaatkan teknologi tepat guan dapat mempersingkat waktu molting.

Hal-hal yang Menjadi Pertimbangan untuk Melakukan Force Molting

Hal-hal yang perlu diperhatikan perlu tidaknya dilakukan force molting dipertimbangkan dari keadaan performanspada siklus tahun kedua. Hal-hal tersebut antara lain:

  • Biaya produksi
  • Angka kematian
  • Konsumsi ransum
  • Lamanya berproduksi
  • Produksi telur
  • Kualitas kulit telur
  • Berat telur
  • Kualitas interior

Berbagai Metode Force Molting

Berbagai metode force molting yang dikenal diantaranya :

1) Dengan menggunakan zat kimia tertentu yang dapat bekerja cepat dan efektif.

2) Dengan cara pemuasaan yang diikuti dengan pemberian ransum untuk hidup pokok dalam jangka waktu tertentu.

Ayam yang memenuhi syarat untuk program force molting yaitu :

a) Ayam petelur yang sehat, tidak terserang penyakit atau luka-luka karena parasit lainnya. Karena jika tidak sehat akan menyebabkan kematian.

b) Berat ayam yang digunakan sebaiknya seragam dan untuk memperoleh berat yang seragam ini dilakukan culling yang ketat.

c) Keadaan produksi sebelumnya akan turut menentukan tentang baik atau tidaknya ayam tersebut untuk memperoleh perlakuan force molting.

Keadaan Umum Performans Setelah Force Molting

Dari hasil penelitian, force molting memberikan dampak yang positif diantaranya:

· Kualitas telurnya tidak jauh berbeda dengan kulit telur yang dihasilkan oleh pullet. Hal ini karena adanya pemuasaan pada saat program force molting yang memberikan kesempatan pada alat-alat reproduksi untuk istirahat membentuk telur.

· Produksi telurnya 10,55 % lebih rendah dibandingkan dengan siklus produksi tahun pertama.

· Konversi ransum

Konversi ransumnya lebih baik dari ayam yang tidak mendapat perlakuan force molting.

· Angka kematian

Ayam yang telah mendapat perlakuan force molting, angka kematiannya lebih rendah pada siklus produksi tahun kedua dibandingkan dengan ayam petelur yang tidak mendapat perlakuan force molting.

VI

AYAM POTONG (BROILER)

6.1 Pendahuluan

Broiler ayam-ayam muda jantan atau betina yang umumnya bisa dipanen pada umur sekitar 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging.

6.2 Sistem pemeliharaan dalam farm:

1. All in all out system

Program ini merupakan program yang praktis dan banyak digunakan oleh para peternak. All in all out system artinya hanya ada satu macam umur dalam farm dalam satu saat. Hal ini dimaksudkan untuk memotong siklus kehidupan penyakit dalam kandang sehingga pada periode berikutnya dimulai dengan grup kandang yang sehat karena tidak ada penularan penyakit dari ternak yang lama.

2. Multiple Brooding

Sistem perkandangan yang terdiri dari berbagai jenis umur dalam satu periode produksi, untuk produksi yang berkesinambungan yang memenuhi permintaan pasar.

6.3 Pemeliharaan fase starter

Persiapan Kandang dan Perlengkapannya:

Sebelum anak ayam tiba maka kandang harus sudah siap dan dalam mempersiapkan kandang untuk anak ayam broiler tidak berbeda dengan pemeliharaan DOC untuk ayam petelur. Tempat ransum bisa menggunakan bekas box pengiriman anak ayam atau baki dari plastik, sedangkan tempat minum bisa menggunakan tempat minum yang digantung tetapi ditempatkan sedikit diatas litter. Alat pemanas bisa menggunkan pemanas yang murah dan sederhana yang menggunakan bahan bakar minyak tanah.

Ransum Starter (0-3 minggu)

Untuk ayam broiler umur 0-3 minggu ransum yang biasa digunakan harus mengandung protein 23% dan energi metabolis 3200 kkal/kg (NRC,1984). Kandungan serat kasar lebih kecil sama dengan 7%, lemak lebih kecil sama dengan 8%, C sekitar 1% dan phosphor sekitar 0, 45 %.

Pencegahan Penyakit

Untuk memperoleh ternak ayam broiler yang sehat, selain harus memperhatikan kebersihan lingkungan juga perlu melakukan vaksinasi serta pemberian obat-obatan dan vitamin. Waktu pemberian vaksin sebaiknya sore hari, agar ayam mudah ditangkap dan vaksin tidak mati akibat terkena sinar matahari. Bila vaksin dicampur kedalam air minum, maka ayam harus dipuasakan dulu sekitar 2-3 jam sebelumnya.

6.4 Pemeliharaan Finisher

A. Kandang

1. Sistem Litter

Dalam pemeliharaan Broiler, umumnya kita menggunakan sistim litter yaitu sistem yang lantainnya ditutup dengan bahan organik yang partikelnya berukuran kecil. Syarat-syarat bahan litter yang baik :

a. Ringan

b. Mempunyai partikel yang sedang.

c. Daya serap yang tinggi.

d. Lunak dan commpressibel.

e. Mempunyai nilai konduksi panas.

f. Tidak mengisap air dari udara.

g. Dapat digunakan untuk pupuk.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan yaitu ayam yang dipelihara dalam kandang sebaiknya tidak terlalu padat, karena bila terlalu padat umumnya kandang menjadi bau dan litter kondisinya basah. Kadar ammonia (NH3) akan cepat meningkat bila Ph liiter telah mencapai lebih besar sama dengan 8 sedangkan PH lebih kecil dari 7 maka ammonia yang terbentuk akan kecil.

Upaya-upaya mengurangi bau dalam kandang dapat dilakukan dengan cara :

1. Mengurangi kepadatan dalam kandang, 10-12 ekor/m2.

2. Dengan mencampurkan superphosphat 1,09 kg/m2

2. Sistim Cage

Keuntungan dari pemeliharaan sitem cage, diantaranya :

a. Lebih banyak ayam yang dapat dipelihara karena kandang dapat ditingkatkan.

b. Penangkapan ayam lebih mudah pada saat akan dipasarkan dan memar dapat dikurangi.

c. Biaya litter tidak ada.

d. Penyakit coccidiocis dapat dikurangi.

e. Pembersihan kandang dapat dikurangi.

Dan kerugianya, diantaranya :

a. Banyak terjadi brest blister (lepuh dada)

b. Tulang dada banyak yang bengkok

c. Tulang sayap biasanya rapuh,sehingga banyak terjadi kerusakan pada saat prosessing (afkir)

d. Sering terjadi infeksi pada follicle bulu.

B. Perlengkapan Kandang

Pemeliharaan broiler pada umumnya digunakan sistem litter dan pada daerah-daerah tertentu digunakan sistem slat. Tempat makanan atau minuman yang digunakan sebagian petani ternak pada umumnya berbentuk bulat (hanging feeder atau waterer) yang digantung dilangit-langit kandang dengan kawat.

Contoh : Seorang peternak, memelihara ayam broiler sebanyak 1000 ekor dengan kepadatan 10 ekor/m². berapa jumlah tempat makan atau minum yang diperlukan?

Penjelasan : Bila tempat makanan (hanging feeder) yang digunakan garis tengahnya 35 cm, maka kelilingnya = 22/7 x 35 = 110 cm. bila tiap ekor memerlukan 5 cm, maka daya tampungnya tiap tempat makan = 110/5 = 22 ekor. Jadi untuk ayam 100 ekor memerlukan tempat pakan kurang lebih 45 buah. Tempat minum biasanya disediakan sekitar 2,5 sampai 3 cm/ekor.

Tempat makanan atau minuman yang berbentuk trough umumnya sudah jarang digunakan dalam kandang sistam litter karena ransum mudah tercemari oleh kotoran dan ransum yang sudah tercemari biasanya dibuang sehingga menjadi tidak efisien.

C. Ransum finisher

Pada periode finisher (umur 3-6 minggu), keadaan pertumbuhan dari ayam broiler mulai menurun, oleh karena itu protein dalam ransum biasanya diturunkan menjadi 20% (NRC,1994) sedangkan energi ransum, yang digunakan 3000-3200 kkal/kg. Bentuk fisik ransum yang biasa diberikan pada broiler yaitu bentuk pellet, mash atau crumble.

6.5 Performan ayam broiler

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan manifestasi dari perubahan sel yang mengalami pertambahan jumlah sel (hyperplasia)dan pembesaran dari ukuran sel sendiri (hypertrophy). Pertumbuhan ini terjadi sejak terjadinya pembuahan sel telur oleh spermatozoa

Pertumbuhan ayam broiler dimulai dengan perlahan-lahan kemudian berlangsung cepat sampai dicapai pertumbuhan maksimum setelah itu menurun kembali., akhirnya terhenti. Pertumbuhan yang paling cepat sejak menetas sampai umur 4-6 minggu kemudian mengalami penurunan, setelah itu terhenti sampai mencapai dewasa.

Rata-rata pertumbuhan berat badan terus meningkat samapai mencapai umur 7 minngu, setelah itu terus menurun sampai mencapai umur 12 minggu.

b. Konsumsi ransum

Ayam mengkonsumsi ramsum pertama-tama untuk memenuhi kebutuhan energinya sehingga sebelum kebutuhan energinya terpenuhi ayam akan terus makan.

Temperature lingkungan yang optimal untuk pemeliharaan broiler yaitu sekitar 18-21ºC. Faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum yaitu bentuk fisik ransum. Dalam pemeliharaan ayam broiler tanpa pemisahaan jenis kelamin (straight run) dengan waktu pemelliharaan selama 5 minggu. Energi metabolisme 3000kkall/kg dan protein ransum 22%, ransum yang dihabiskan sekitar 2,5 kg /ekor serta berat badan yang dicapai berkisar antara 1,2-1,3 kg/ekor.

c. Konversi ransum

Didefinisikan sebagai banyaknya ransum yang dIhabiskan untuk menghasilkan setiap kilogram pertambahan berat badan. Dengan angka konversi ransum yang rendah (kecil), artinya banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan 1 kg daging semakin sedikit atau sebaliknya.

Pada minggu pertama angka konversi ransum ayam broiler sangat rendah selanjutnya akan meningkat pada minggu-minggu berikutnya sejalan dengan kecepatan pertumbuhannya.

6.6 Penanganan limbah

Ø Pada ayam broiler yang dipelihara dalam kandang sistem litter, limbah yang dihasilkan yaitu berupa litter yang telah bercampur dengan kotoran.

Ø Limbah dari pemeliharaan ayam broiler ini sangat baik digunakan sebagai pupuk tanaman terutama sayuran. Apabila kondisi da;am keadaan yang sangat basah (karena ayam uang dipelihara terlalu padat) dan kandang akan segera dipakai maka sebaiknya limbah ditempatkan ditempat yang khusus serta dibiarkan hingga kering.

VIII

PENANGANAN PASCA PANEN

8.1 pendahuluan

Waktu panen:

Ø ayam petelur komersil yaitu setelah dipelihara sekitar sekitar umur 22-24 minggu.

Ø ayam pedaging dipanen antara umur 5-6 minggu.

Ø ayam pembibit, telur yang dihasilkan berupa telur tetas dan setelah dieramkan selama 21 hari baru diperoleh DOC.

8.2 Penanganan Telur Konsumsi

Pengemasan yang umum dilakukan, dapat digolongkan :

1. Pengemasan dengan cara kering ( dry packing ).

2. Penutupan kerabang dengan bahan pengawet( shell sealing ).

3. Penyimpanan dalam ruang pendingin( 16-18 °, RH 70-80 % )

Hal penting yang perlu diperhatikan sevelum telur dimasukan kedalam alat pengemas :

Ø Telur yang akan dikemas tidak retak/pecah.

Ø Telur tidak kotor. Bila telur kotor dapat dibersihkan dengan cara :

Menggunakan detergen untuk pencuci telur.

Air pencuci harus hangat yaitu suhunya 35-45° C.

Telur yang akan dicuci dimasukan kedalam air pencucisambil digoyang-goyang selama 3 menit, sambil digosok.

Bila perlu telur yang telah dicuci dibilas dengan air hangat 60° C selama 2-3 menit.

Bila dievaluasi sampai seberapa jauh pengaruh pengemasan terhadap perubahan kualitas telur, dapat dilihat dari :

Ø Berat telur.

Ø Haugh unit masih dianggap baik sampai dengan minggu kedua.

8.3 Penanganan Anak Ayam Setelah Menetas

Sesudah anak ayam dikeluarkan dari mesin tetas, sebaiknya tidak diberi makan atau minum bila akan dikirim ketempat yang jauh. Anak ayam umumnya tahan tidak diberi makanatau minum selama 2-3 hari karena ia masih mem,punyai cadangan makanan dalam tubuhnya yang berasal dari kuning telur.

Untuk tipe ayam petelur, diperusahaan pembibitan biasanya telah dipisahkan antara DOC jantan dan betina. Bila anak ayam akan dikirim kepemesan, mka sebelum dikemas perlu diseleksi terlebih dahulu, dapun syarat-syarat nya sebagai berikut :

- Anak ayam harus sehat.

- Tidak cacat.

- Warna bulu seragam.

- Berat badannya biasanya berkisar antara 32,5-42,5 gram/ekor.

- Berasal dari induk yang sehat.

- Menetas pada waktunya ( 21 hari )

- Pusar kering dan bulu lengkap menutupi tubuh.

Jumlah anak ayam dalam kemasan sebanyak 102 ekor ( 2 ekor untuk cadangan ). Di dalam kotak kemasan sebaiknya anak ayamm dibirkan selama 4 –5 jam sebelum dikirim agar kaki ayam menjadi kuat. Pada kotak kemasan perlu dicantukan label yang memuat keterangan tentang :

- Tanggal dan jam anak menetas.

- Galur ( srain ) dari ayam tersebut.

- Jumlah isin kemasan.

- Nama dan almat perusahaan.

- Nama pemesan/penerima dan alamatnya.

- Vaksinsi yang telah dilkukan.

- Cap perusahaan pengirim.

Ruang penyimpan anak ayam sebaiknya 24 o C untuk menghindari pengaruh udara dingin dari luar dan kelembaban 75 % agar tidak terjadi dehidrasi. Temperatur kotak kemasan selama dalam transportasi tidak lebih dari 30 0 C.

Apbila anak ayam tidak dikirim langsung ke konsumen maka tempat penyimpanan sebelum sampai ke konsumen, harus memenuhi syarat sebagai berikut :

- Anak ayam tidak disimpan lebih dari satu hari, tetapi harus segera dikirim kepeternak.

- Kenyamanan anak ayam harus terjamin dan tetap sehat.

- Label harus dalam keadaan utuh dan mudah dibaca dengan jelas.

Bila langsung dikirim kepernak, kotak kemasan yang berisi anak ayam ( DOC ) harus dalam keadaan utuh, tiba dipeternak harus pagi hari. Sebaliknya peternak yang membeli dari perusahaan harus mengecek tentang :

1. Jumlah anak ayam yang dikirim.

2. Nama / jenis / galur ayam tersebut.

3. Waktu kedatangan anak ayam ( jam, tanggal, hari, bulan ).

4. Kondisi anak ayam.

Apabila terjadi keganjilan-keganjilan diluar keadaan yang normal maka peternak bisa mengajukan keluhan keperusahaan pengiriman untuk mendapatkan penggantian. Sehubungan dengan hal ini, agar ayam yang terjual dari perusahaan pembibitan ini dalam keadaan sehat diantaranya perlu diperhatikan :

- Setiap telur yang baru diambil dari kandang harus difumigasi sebelum memasuki rumah penetasan.

- Egg tray dari kandang, baki telur dari mesin pengeram tempat menetas anak ayam serta kereta mesin pengeram yang sudah dipergunakan harus bersih dan dihapushamakan sebelum dipergunakan kembali.

- Setiap orang yang akan memasuki ruang penetasan harus di semprot dengan desinfektan dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang bersih sebelum memasuki rumah penetasan.

- Seluruh perusahaan pembibitan, induk harus bebas penyakit pullorum dan induk mempunyai kekebalan terhadap penyakit ND.

- Ketentuan-ketentuan lain yang dikeluarkan oleh pemerintah yang harus di taati oleh perusahaan pembibit.

8.4 Pemanenan Ayam Broiler

1. Pengemasan Ayam Hidup

Bila akan melakukan pemanenan ayam broiler, tempat ransum dan tempat air minum segera dibenahi dulu agar tidak menjadi gangguan waktu menangkap ayam. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memulai penangkapan, petugas harus melihat kondisi tubuh dan kesehatan ayam. Perlu diperhatikan juga bahwa dalam menangkap ayam, jangan kasar karena akan menyebabkan kerusakan yang bisa dilihat maupun yang tidak bisa dilihat.

Pemanena ayam pedaging sebaiknya dilakukan pada sore hari, agar ayam mudah ditangkap dan penurunan bobot badan tidak terlalu banyak. Begitu npula pengirima ketempat pemesan, sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari agar tidak terlalu panas. Resiko akibat dari transportasi ini, umumnya terjadi :

Ø Penyusutan bobot badan.

Ø Kematian ternak.

Ø Kerusakan bagian-bagian tubuh.

2. Penanganan Bentuk Karkas

Cara-cara menyiapkanh ayam dalam bentuk karkas ada hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya :

- Tiga hari sebelum dipotong sebaiknya tidak diberi makanan atau minuman yang mengandung obat-obatan.

- Sekitar enam jam sebelum dipotong, sebaiknya dipuasakan dari makanan tetapi air minum tetap diberikan.

- Hanya ayam yang sehat yang diproses.

- Untuk melancarkan keluarnya darah ( bleeding ) sebaiknya unggas yang akan dipotong digantung selama kurang lebih 2 menit sebelum dipotong.

- Pemotongan biasanya dilakukan dibelakang dan dibawah daun telinga, usahakan jangan memotong urat daging leher sebab hal ini akan menyebabkan unggasnya meronta.

- Darah harus sebanyak-banyaknya keluar, 34-50 % dari darah dalam badan harus keluar.

- Temperatur air pencelupan jangan digunakan yang terlalu tinggi karena akan merusak dari karkas itu sendiri.

- Selanjutnya setelah dilakukan pencelupan maka dilakukan :

a) Pencabutan bulu.

b) Membersihkan bulu-bulu kecil dan rambut.

c) Mengeluarkan isi rongga perut ( pengeluaran jeroan ).

d) Membersihkan hati dan ampela.

e) Pembuanangan paru-paru dan ginjal.

f) Pemotongan kepala dan kaki.

g) Pencucian.

h) Pendinginan pada suhu 4 0 C paling sedikit selama 20 menit atau sampai suhu rongga perut karkas turun menjadi 3-4 0 C.

i) Dibungkus dalam keadaan utuh ataun sesudah dipotong-potong.

j) Bila akan disimpan pada suhu dingin, yaitu sekitar 0 0 C, beku pada suhu – 12 0 C dan beku sekali pada suhu – 18 0 C.

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN